Rabu, 29 Juni 2011

Sejumlah Danau di Indonesia Terancam Hilang Dari Bumi

Keberadaan sejumlah danau di Indonesia sudah mengkhawatirkan, di antaranya Danau Tempe di Sulawesi Selatan dan Danau Limboto di Gorontalo yang terancam hilang."Misalnya laju sedimentasi Danau Tempe yang mencapai 1-3 cm per tahun akan mengakibatkan danau ini menghilang di musim kering pada tahun 2018," kata Deputi Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup, Masnellyarti Hilman, yang mendampingi Menteri Lingkungan Hidup (LH) Rachmat Witoelar dalam jumpa pers tentang danau di Jakarta, Selasa.

Sedangkan Danau Limboto yang pada 1972-2002 laju penyusutan luasnya mencapai 50 hektare per tahun dan laju sedimentasi sampai 1,5-50 cm per tahun akan berubah menjadi kawasan rawa dan hanya menjadi danau legenda pada 2034, ujarnya."Jika kerusakan lahannya tidak segera direhabilitasi dan limbah domestik yang dibuang ke dalamnya tidak dikendalikan, danau ini akan sangat mengkhawatirkan. Apa lagi Danau Limboto bahkan sudah dikapling-kapling oleh masyarakat," katanya.

Sedangkan di Danau Maninjau di Sumatera Barat terjadi kematian massal ikan seberat 13.413 ton dan menyebabkan kerugian Rp150 miliar pada akhir 2008 akibat semakin banyaknya keramba ikan jaring apung yang mencemari danau, ujarnya.

Pencemaran danau, menurut dia, kebanyakan disebabkan sisa pakan ikan dan limbah domestik dari pemukiman yang masuk ke danau sehingga air danau tidak lagi memenuhi baku mutu air kelas dua dan menyebabkan terjadinya eutropikasi seperti "blooming" eceng gondok.

Selain itu, lanjut Nelly, sejumlah danau juga mengalami masalah dalam fungsinya sebagai daerah tangkapan air akibat kerusakan hutan di sekitarnya yang menyebabkan sedimentasi di dasar danau.Misalnya Danau Rawa Pening di Jawa Tengah yang vegetasi hutannya tinggal 3,9 persen dan lahan kritisnya sampai 24 persen serta Danau Toba di Sumut yang vegetasinya tinggal 12 persen dan lahan kritisnya 23 persen. Bahkan Danau Rinjani, Sentarum, dan Danau Dendam sudah tak ada lagi vegetasi di sekitarnya.

Sementara itu, Menteri LH Rachmat Witoelar mengatakan, untuk mewujudkan langkah pengendalian pencemaran dan kerusakan danau, pihaknya akan menyelenggarakan Konferensi Nasional Danau Indonesia (KNDI) pada 13-15 Agustus di Bali.

Danau Tempe di Sulawesi
Danau Tempe adalah salah satu obyek wisata di Sulawesi Selatan yang banyak dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Danau yang luasnya 13.000 hektar ini, jika dilihat dari ketinggian tampak bagaikan sebuah baskom raksasa. Danau ini menjadi sumber penghidupan, mencari ikan, tidak hanya bagi masyarakat Kabupaten Wajo, tapi juga sebagian masyarakat Kabupaten Soppeng dan Sidrap. Di sepanjang tepi danau, tampak perkampungan nelayan bernuansa Bugis berjejer menghadap ke arah danau.

Danau Tempe merupakan penghasil ikan air tawar terbesar di dunia, karena dasar danau ini menyimpan banyak sumber makanan ikan. Selain itu, danau ini juga memiliki spesies ikan tawar yang tidak dapat ditemui di tempat lain. Hal ini diperkirakan karena letak danau ini berada tepat di atas lempengan Benua Australia dan Asia.

Di tengah-tengah Danau Tempe, tampak ratusan rumah terapung milik nelayan yang berjejer dengan dihiasi bendera yang berwarna-warni. Dari atas rumah terapung itu, wisatawan dapat menyaksikan terbit dan terbenamnya matahari di satu posisi yang sama, serta menyaksikan beragam satwa burung, bunga-bungaan, dan rumput air yang terapung di atas permukaan air. Di malam hari, para pengunjung dapat menyaksikan indahnya rembulan yang menerangi Danau Tempe sambil memancing ikan.

Danau Tempe terletak di Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan.
Danau ini terletak 7 km dari Kota Sengkang, ibukota Kabupaten Wajo. Untuk mencapai tempat ini, dari Kota Sengkang ke Sungai Walennae dapat ditempuh melalui jalur darat dengan menggunakan mobil pete-pete (mikrolet). Dari Sungai Walennae menuju ke Danau Tempe ditempuh selama 30 menit dengan menggunakan perahu motor atau katinting, dengan biaya sekitar Rp. 50.000,- hingga Rp. 75.000,- per-orang.

Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan indahnya rembulan di malam hari sambil memancing ikan, bisa menginap di rumah terapung yang ada di tengah-tengah danau bersama nelayan setempat.





DANAU LIMBOTO

Di Danau Limboto yang terletak di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, yang saat ini memiliki kedalaman antara 5 hingga 8 meter, para pengujung atau wisatawan dapat menikmati berbagai kegiatan, antara lain, memancing, lomba berperahu, atau berenang. Selain itu, mereka juga dapat menikmati ikan bakar segar yang disediakan oleh mayarakat nelayan setempat dengan harga yang relatif murah.

Danau Limboto dari tahun ke tahun luas dan tingkat kedalamannya terus berkurang. Luas Danau Limboto pada tahun 1999 berkisar antara 1.900-3.000 ha, dengan kedalaman 2-4 meter (Cabang Dinas Perikanan Kabupaten Gorontalo, 2000). Pada tahun 1932, luas perairan ini mencapai 7.000 ha, dengan kedalaman maksimum 30 m (Sarnita, 1996)

Dengan demikian, telah terjadi pendangkalan yang cukup cepat di perairan ini yang mencapai 38,80 cm/tahun. Penggundulan hutan di sekitar perairan tersebut tampaknya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pendangkalan yang cukup tinggi.Data kualitas air selama 1998-1999 menunjukkan bahwa suhu air permukaan Danau Limboto pada siang hari berkisar antara 29-32,50o C, sedangkan kecerahannya ("transparency") 35-65 cm








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post